Burung Cendrawasih, Burung Surga

Burung Cendrawasih Burung Surga (Bird of Paradise)

Burung Cendrawasih disebut sebagai Burung Surga (Bird of Paradise).
Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang banyak terdapat di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia.
Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).
Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi diatas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.
Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.
Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cendrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.
 Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah :
  • Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku
  • Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
  • Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
  • Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri); Papua
  • Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat
  • Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar
  • Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku
  • Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua
  • Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini)
  • Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia
  • Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia
  • Cendrawasih Biru (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini
  • Astrapia Ekor Putih (Astrapia mayeri); Papua
  • Parotia Lawes (Parotia lawesii); endemik Papua, Indonesia
1. Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus)

 

Cendrawasih Gagak atau dalam nama ilmiahnya Lycocorax pyrrhopterus adalah Cendarwasih mirip gagak berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Bulunya gelap, lembut dan seperti sutera. Paruhnya hitam, warna mata merah karmin, dan memiliki suara panggilan yang mengingatkan pada gonggongan anjing. Burung jantan dan betinanya mirip. Burung betina sedikit lebih besar daripada burung jantan.
Cendrawasih ini bersifat monogami dan endemik di hutan dataran rendah di kepulauan Maluku di Indonesia. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan artropod. Tiga subspesiesnya telah dikenali, dan ditandai dengan ada atau tidaknya bercak putih pada bulu sayap bawah.

2. Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti)

 
Cendrawasih Panji atau dalam nama ilmiahnya Pteridophora alberti adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 22cm, dari genus tunggal Pteridophora. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai bulu kawat bersisik biru-langit mengilap, yang panjangnya mencapai 40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Burung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan.
Daerah sebaran Cendrawasih Panji adalah di hutan pegunungan pulau Irian.
Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku Paradisaeidae, Cendrawasih Panji adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan bulu mantel dan ke dua kawat di kepalanya pada ritual tarian. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.
Nama ilmiah burung Cendrawasih Panji memperingati seorang raja berkebangsaan Jerman, Albert I dari Sachsen.
3. Cendrawasih Kerah (Lophorina superba)
 
 
Cendrawasih Kerah atau dalam nama ilmiahnya Lophorina superba, merupakan burung cendrawasih pengicau anggota famili Paradisaeidae. Ia adalah anggota satu-satunya dari genus Lophorina. Burung jantan berwarna hitam dengan mahkota berwana hijau pelangi, mempunyai bulu penutup dadanya biru-hijau dan berbulu pundak yang bisa menegak berwarna hitam beludru. Burung betinanya berwarna cokelat-kemerahan dan bawahnya bulu bergaris-garis warna cokelat. Burung muda berwarna mirip burung betina.
Burung Cendrawasih Kerah tersebar di seluruh hutan hujan di pulau Papua.
Burung jantan bersifat poligami dan menampilkan salah satu tarian kimpoi yang memukau dalam dunia burung. Pada awal penampialnnya dia akan menyanyikan nada keras dan cepat, lalu dia mulai melompat-lompat di depan betinanya. Tiba-tiba bulu pundaknya dan bulu penutup dada yang tadinya terlipat, menegak keluar dan mengembang di kepalanya dan membuatnya menjadi penari berbentuk elips.
4. Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill (Epimachus meyeri)

Burung paruh-sabit cokelat jantan
Cendrawasih paruh-sabit cokelat jantan
Burung jantan mencari makanan.
Burung paruh-sabit cokelat betina, ekornya lebih pendek.
Cendrawasih paruh-sabit cokelat betina, ekornya lebih pendek
Burung betina: Punggung berwarna cokelat tua.
Cendrawasih Paruh-sabit cokelat atau brown sicklebill atau dalam nama ilmiahnya Epimachus meyeri. Selain cantik, suaranya juga unik mirip bunyi senapan mesin, tipe paruh seperti ini biasanya merupakan pemakan serangga dan buah-buahan.
Wilayah persebaran cendrawasih paruh-sabit cokelat hampir merata di seluruh hutan-hutan pegunungan di Papua, baik yang berada di wilayah Indonesia (Provinsi Papua dan Papua Barat) maupun di negeri tetangga, Papua Nugini.

Paruh-sabit cokelat memiliki tiga saudara dekat, sesama anggota genus Epimachus, yaitu :
  1. Paruh-sabit ekor-kuning (Epimachus albertisi)
  2. Paruh-sabit-ekor-putih (Epimachus bruijnii)
  3. Paruh-sabit-kurikuri (Epimachus fastuosus)

5. Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica)


Cendrawasih Botak atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus respublica adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 21cm long, dari marga Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda.
Endemik Indonesia, Cendrawasih Botak hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Pakan burung Cendrawasih Botak terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga kecil.
Penamaan ilmiah spesies ini diberikan oleh keponakan Kaisar Napoleon Bonaparte yang bernama Charles Lucien Bonaparte dan sempat menimbulkan kontroversi. Bonaparte, seorang pengikut aliran republik, mendeskripsikan burung Cendrawasih Botak dari spesimen yang di beli oleh seorang ahli biologi Inggris bernama Edward Wilson beberapa bulan sebelum John Cassin, yang akan menamakan burung ini untuk menghormati Edward Wilson. Tigabelas tahun kemudian, ahli hewan Jerman yang bernama Heinrich Agathon Bernstein menemukan habitat Cendrawasih Botak di pulau Waigeo.
6. Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)




Cendrawasih Raja atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus regius adalah burung pengicau anggota famili Paradisaeidae (burung cendrawasih) yang panjang tubuhnya sekitar 16cm. Burung jantan berwarna merah tua terang dan putih dengan kaki berwarna biru terang dam memiliki bulu-bulu mirip kipas yang warna ujungnya hijau di pundaknya. Dua ekornya yang memanjang ujungnya berhiaskan uliran bulu hijau zamrud. Burung betina berwarna coklat dan bawahnya bergaris-garis.
Cendrawasih Raja tersebar di seluruh hutan dataran rendah di pulau Papua dan pulau-pulau terdekat. Dalam bahasa Inggris, burung ini disebut dengan “living gem” (“permata hidup”) yang merupakan burung cendrawasih paling kecil dan berwarna-warni. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan artropod. Burung jantan akan membawakan tarian yang indah dengan mengayun-ayunkan ekornya, mengepak-ngepakkan bulu perut putihnya yang membuatnya mirip bola kapas dan bandul akrobatik. Karena tersebar luas dan umum ditemukan di habitatnya.

7. Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus)

Cendrawasih Belah Rotan Jantan
Cendrawasih Belah Rotan Betina
Cendrawasih Belah Rotan atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus magnificus. Menghuni tepi hutan dan hutan sekunder di hutan pamah perbukitan dan hutan pegunungan bawah sampai ketinggian 1450 mdpl, kadang sampai 1600 mdpl. Burung jantan memperagakan diri dari tempat pentas di lantai hutan, seperti Parotia. Sayap burung jantan mengeluarkan suara berkeletak khas, seperti dua batu kecil dibenturkan cepat. Sering bersama jenis-jenis Cendrawasih lain saat mencari makan di pohon, berupa buah dan artropoda.
Musim berbiak setidaknya dari bulan Juli sampai Desember, kemungkinan dapat berbiak sepanjang tahun. Pola perkawinannya bersifat poligini. Untuk menarik pasangan, burung jantan menghabiskan waktu cukup lama menyiapkan area display seluas beberapa meter persegi di atas tanah, serta memangkas dedaunan pada batang pohon di sekitar area. Gerakan menarik pasangannya meliputi tarian, pose diam, gerakan bulu dahi, tameng dada dan ekor tengah.
Burung betina membangun dan memelihara sarang tanpa bantuan burung jantan. Sarang tersusun dari seresah, daun kering, rumput dan bulu-bulu binatang. Posisi sarang di puncak rumpun pandan, 1-4 m di atas permukaan tanah. Jumlah telur 1-2 butir.
Hidup di Dataran Tinggi berhutan Pulau Papua, Pulau Salawati, Pulau Yapen, dan mungkin juga di Pulau Misool.

8. Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii)





Burung Bidadari Halmahera atau dalam nama ilmiahnya Semioptera wallacii adalah jenis cendrawasih berukuran sedang, sekitar 28cm, berwarna cokelat-zaitun. Cendrawasih ini merupakan satu-satunya anggota genus Semioptera. Burung jantan bermahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat dan warna pelindung dadanya hijau zamrud. Cirinya yang paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar menekuk dari sayapnya dan bulu itu dapat ditegakkan atau diturunkan sesuai keinginan burung ini. Burung betinanya yang kurang menarik berwarna cokelat zaitun dan berukuran lebih kecil serta punya ekor lebih panjang dibandingkan burung jantan.
George Robert Gray dari Museum Inggris menamai jenis ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris dan pengarang buku The Malay Archipelago, orang Eropa pertama yang menemukan burung ini pada tahun 1858.
Burung Bidadari Halmahera adalah burung endemik kepulauan Maluku dan merupakan jenis burung cenderawasih sejati yang tersebar paling barat. Makanannya terdiri dari serangga, artropoda, dan buah-buahan.
Burung jantan bersifat poligami. Mereka berkumpul dan menampilkan tarian udara yang indah, meluncur dengan sayapnya dan mengembangkan bulu pelindung dadanya yang berwarna hijau mencolok sementara bulu putih panjangnya di punggungnya dikibar-kibarkan.

9. Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca)


Cenderawasih mati-kawat betina

Cenderawasih mati-kawat jantan

Cenderawasih mati-kawat atau dalam nama ilmiahnya Seleucidis melanoleucus adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari genus tunggal Seleucidis. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam mengilap, pada bagian sisi perutnya dihiasi bulu-bulu berwarna kuning dan duabelas kawat berwarna hitam. Burung ini berparuh panjang lancip berwarna hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung betina berwarna coklat, berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi bulu-bulu berwarna kuning ataupun keduabelas kawat di sisi perutnya.
Cenderawasih mati-kawat ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau irian. Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku Paradisaeidae, Cenderawasih Mati-kawat adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan keduabelas kawat pada ritual tariannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cenderawasih Mati-kawat terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.

10. Cendrawasih Kuning-kecil (Paradisaea minor)
  
 
      
Cendrawasih Kuning-kecil atau dalam nama ilmiahnya disebut Paradisaea minor adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 32cm, dari genus Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, memiliki paruh abu-abu kebiruan dan mempunyai iris mata berwarna kuning. Burung jantan dewasa memiliki bulu di sekitar leher berwarna hijau zamrud mengkilap, pada bagian sisi perut terdapat bulu-bulu hiasan yang panjang berwarna dasar kuning dan putih pada bagian luarnya. Di ekornya terdapat dua buah tali ekor berwarna hitam. Populasi Cendrawasih Kuning-kecil tersebar di hutan Irian Jaya dan Papua Nugini. Burung ini juga ditemukan di pulau Misool dan di pulau Yapen.

11. Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)




 
Cenderawasih Kuning-besar betina

Cenderawasih Kuning-besar atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea apoda, merupakan burung cendrawasih berukuran besar, sepanjang sekitar 43 cm, berwarna coklat marun dan bermahkota kuning. Tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman. Burung jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun tak bergaris. Makanannya terdiri dari buah-buahan, biji serta serangga kecil. Burung Cenderawasih Kuning-besar ini burung terbesar dari genus Paradisaea. Ia tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya pulau Irian dan pulau Aru, Indonesia.

12. Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana)



Cendrawasih Raggiana Betina

 
Cendrawasih Raggiana atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea raggiana adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 34cm, dari genus Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, berparuh abu-abu kebiruan, mulut merah muda, iris mata berwarna kuning dan kaki berwarna abu-abu coklat keunguan.
Burung jantan dewasa memiliki bulu-bulu hiasan beraneka warna merah, jingga dan warna campuran antara merah-jingga pada bagian sisi perutnya, tenggorokan berwarna hijau zamrud gelap, bulu bagian dada berwarna coklat tua dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Daerah sebaran Cendrawasih Raggiana terdapat di hutan hujan tropis, hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan pulau Irian bagian selatan, dari permukaan laut sampai ketinggian 1.500 meter.

13. Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)
Cendrawasih Merah Betina
Cendrawasih Merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.

Endemik Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.
Cendrawasih Merah adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.
14. Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus)




Toowa Cemerlang atau dalam nama ilmiahnya Ptiloris magnificus, dengan panjang sekitar 33 cm.  Pemalu tapi bersuara nyaring dan tersebar luas. Jantan besar sekali, gelap, paruh panjang, ekor pendek dengan sayap bundar yang berdesir keras ketika terbang. Betina memiliki tubuh bagian atas kayu manis, alis dan kumis pucat, iris gelap, tubuh bagian bawah berpalang dan paruhnya panjang. Sebagian besar makan artropoda, dengan cara menjalar dan makan beberapa buah. Memahat di kayu mati. Menghuni hutan dan tepi hutan dataran rendah dan pegunungan bawah.
15. Cendrawasih Biru (Manucodia ater)
 
 
Cendrawasih Biru atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rudolphi adalah sejenis burung cendrawasih berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari genus Paradisaea. Burung ini berwarna hitam dan biru, berparuh putih kebiruan, kaki abu-abu, iris mata berwarna coklat tua, di sekitar mata terdapat dua buah setengah lingkaran putih dan sayap berwarna biru terang.

Burung jantan dewasa memiliki bulu-bulu jumbai hiasan pada sisi dada yang berwarna biru keunguan jika dilihat dari bawah dan berwarna coklat kemerahan jika dilihat dari atas. Pada bagian dadanya terdapat lingkaran oval hitam dengan tepi berwarna merah. Diekornya terdapat dua buah tali panjang berwarna hitam dengan ujung membulat berwarna biru. Betina berukuran lebih kecil, tanpa dihiasi bulu hiasan dan tubuh bagian bawah berwarna coklat kemerahan.

Daerah sebaran Cendrawasih Biru terdapat di hutan-hutan pegunungan Papua Nugini bagian timur dan tenggara, umumnya dari ketinggian 1.400 meter sampai ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut.

Cendrawasih Biru adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Tidak seperti burung cendrawasih Paradisaea lainnya, Cendrawasih Biru jantan melakukan tariannya tidak dalam kelompok. Jantan menggantungkan badannya ke bawah, membuka memamerkan bulu hiasannya seperti kipas biru sambil berkicau dengan suara menyerupai dengungan rendah. Didekatnya terdapat seekor betina. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Pakan burung Cendrawasih Biru terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.

Cendrawasih Biru ditemukan oleh Carl Hunstein dalam salah satu ekspedisinya di pulau Irian pada tahun 1884. Nama ilmiah spesies langka ini memperingati seorang putra mahkota dari Austria bernama Rudolf von Österreich-Ungarn.
16. Astrapia Ekor Putih (Astrapia mayeri)

Astrapia Ekor Putih Betina
Astrapia Ekor Putih atau dalam nama ilmiahnya Astrapia mayeri, Panjang burung dewasa mencapai 32 cm dengan ekor burung jantan yang bisa mencapai 1 meter. Burung jantan memiliki warna hitam dan hijau zaitun sedangkan burung betina berwana coklat. Burung jantan memilki ekor panjang berbentuk pita berwarna putih. Pada betina kepalanya kehijauan, dan ekor agak runcing, agak sempit dengan sapuan warna putih di sepanjang urat halus bulu-bulu tengahnya.
Jenis Serupa :
Betina sangat mirip dengan astrapia stephanie betina, yang kepalanya tidak hijau berkilau dan yang ekornya lebih lebar, seluruhnya hitam. Astrapia cemerlang betina ekornya berujung bundar, dasar putih mencolok.
Perilaku :
Tenang dan tidak waspada, mencari mangsa kecil di dahan-dahan berlumut dan makan buah dari epifit kecil  tumbuhan merambat Schefflera di hutan pegunungan tinggi. Sayap jantan berdesir gaduh ketika terbang.

Persebaran :
Bagian darat dataran tinggi tengah, dari pegunungan hagen dan giluwe ke barat sampai sekitar 130 km, pada ketinggian 2400-3400 m. Bagian paling barat persebarannya tidak diketahui . Di daerah berketinggian lebih rendah di lereng barat daya Gunung Hagen dan di celah tari, jenis ini hibridisasi dengan astrapia stephanie.
17. Parotia Lawes (Parotia lawesii)
Parotia Lawes Jantan

Parotia Lawes Betina

Parotia Lawes atau dalam nama ilmiahnya Parotia lawesii, dengan panjang sekitar 28 cm.  Jantan hitam, montok, ekor pendek dan sayap lebar, kawat kepala sulit dilihat. Betina coklat berkilauan di bagian atas, berpalang halus di bagian bawah, kepala besar kaku, mahkota, tengkuk dan pipi hitam mudah dikenali. Jantan dan betina irisnya biru. Populasi bagian timur (helenae) memiliki berkas bulu gelap di hidung.
Jenis Serupa :

Parotia carola jantan kedua sisi tubuhnya putih mencolok, mahkota dan tenggorokannya berwarna tembaga.  Parotia carola betina alisnya pucat mudah dikenali dan iris keputih-putihan. Cendrawasih kerah (jantan dan betina) lebih kecil dan lebih ramping. Jantan memiliki berkas bulu tengkuk hitam besar, betina sangat mirip, tetapi kecil, dengan alis pucat dan iris gelap.

Persebaran :
Dataran tinggi tengah dan timur dan pegunungan di tenggara, dari tari dan gunung giluwe ke arah timur, pada ketinggian 1400-1900 m (jarang pada 750-2300 m). Populasi di bagian utara barisan tebing di bagian paling timur tenggara (helenae) kadang dimasukkan dalam jenis lainnya.
Parotia adalah salah satu genus burung cenderawasih (famili Paradisaeidae). Burung-burung ini endemik dari pulau Irian.

Burung jantan bercirikan adanya enam bulu kawat yang ujungnya oval kecil dikepalanya, kerah leher berwarna hitam dan dapat mengembang, serta kepala dan tenggorokannya berwarna cerah atau pelangi mengkilat. Sewaktu perjodohan, mereka membawa tari mirip hula pada satu tempat di dasar hutan yang telah mereka bersihkan dengan teliti dari dedaunan mati dan sampah lain.

Burung jantan bersifat poligami dan tidak ikut serta merawat anak-anaknya. Jumlah telurnya mungkin satu, kadang-kadang dua, bahkan mungkin tiga (Mackay 1990).

Jenis-jenis

  • Parotia Arfak, Parotia sefilata
  • Parotia Karola, Parotia carolae
  • Parotia Berlepsch, Parotia berlepschi
  • Parotia Lawes, Parotia lawesii
  • Parotia Timur, Parotia helenae
  • Parotia Wahnes, Parotia wahnesi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keunikan Bunga Ashar,Bunga Asli Indonesia

Hewan Hewan Endemik di Pulau Jawa